Penantian Panjang ‘Warisan’ Rp 2 Biliun

SP/Ikhsan Mahmudi
DIMAS Kanjeng Taat Pribadi (duduk tengah) menunjukkan uang yang diambil dari ‘alam ghaib’ beberapa waktu lalu.
Nama Dimas Kanjeng Taat Pribadi (42) identik dengan ‘kesaktian’ dan kekayaan yang tak terlukiskan. Ibaratnya, tinggal jentik jari, uang sekarung pun langsung muncul. Terbaru tersiar kabar dia bakal bagi-bagi ‘warisan’ Rp 2 biliun (1 biliun=1.000 triliun) ke pengikut padepokannya. Benarkah? Sebab banyak juga ‘anak-nya’ yang mengeluh belum ‘balik modal’ padahal sudah setor mahar.
NAMA aslinya Taat Pribadi. Lahir di Desa Wangkal, kawasan di lereng Gunung Argopuro, Kabupaten Probolinggo pada 28 April 1970 silam. Ayahnya, Mustain seorang polisi, pernah menjabat Kapolsek Gading.
Sempat berguru pada Kiai Ilyas sejak tahun 2000 lalu, predikat Dimas Kanjeng kemudian ditambahkan oleh gurunya, di depan nama Taat Pribadi. Sejak sekitar lima tahun terakhir, namanya meruyak ke permukaan.
Publik Probolinggo terhenyak ketika mengetahui Dimas Kanjeng -panggilan akrab Dimas Kanjeng Taat Pribadi- membagi-bagi sedekah dan zakat sejak sekitar lima tahun lalu.
Demikian massal dan kolosal. Sekitar 10.000 fakir miskin dikumpulkan di lapangan Desa Wangkal untuk menerima santunan. Tidak tanggung-tanggung, setiap tahun Dimas Kanjeng membagikan sekitar Rp 1 miliar uang tunai.
Belakangan ribuan fakir miskin itu tidak lagi dikumpulkan di lapangan desa, melain diundang ke padepokan Dimas Kanjeng. Rumah sekaligus padepokan itu terus diperluas hingga terhampar di tanah sekitar 1 hektare.
Padepokan yang sejak 2012 ini dinaungi Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu letaknya tersembunyi di kawasan persawahan, kebun, dan perkampungan warga. Dari Kota Probolinggo, padepokan itu berjarak sekitar 35 Km. Dari Kota Kraksaan, padepokan itu bisa ditempuh sekitar 10 Km ke arah selatan.
Sebuah pintu gerbang berbentuk Candi Bajangratu (candi peninggalan Majapahit) dan sebuah bangunan mirip gazebo menyambut tamu yang hendak memasuki padepokan.
”Kalau pun ada di padepokan, belum tentu Dimas Kanjeng mau menemui tamunya, apalagi kalau sedang ’menyepi’ di kamar. ”Saat Sampeyan (wartawan Surabaya Post, Red.) ke sini, Dimas Kanjeng keluar sejak pagi. Tidak tahu kapan datang. Beliau juga tidak bawa HP, sehingga tidak bisa dihubungi,” ujar Sekretaris Yayasan Padepokan Dimas Kanjen Taat Pribadi, Suryono.
Dikatakan Dimas Kanjeng memiliki hubungan akrab dengan sejumlah petinggi Polri, juga militer. Dinding ruang tamu Dimas Kanjeng, juga di dinding yayasan diwarnai sejumlah foto perwira polisi dan TNI. Tidak ketinggalan foto Kiai Ilyas, guru Dimas Kanjeng dan sejumlah ulama dan kiai.“Bahkan Ibu Marwah Daud Ibrahim juga menjadi pembina yayasan kami,” ujar Suryono.  Hingga berita ini diturunkan Marwah daud belum bisa dikonfirmasi.
Disinggung kekayaan Dimas Kanjeng, Suryono menyebutkan angka Rp 2.000 triliun atau Rp 2 biliun. ”Visi ke depan uang Rp 2.000 triliun atau Rp 2 bilion itu untuk memperbaiki nasib seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Ditanya seputar informasi yang berkembang di luar bahwa Dimas Kanjeng bakal membagikan uang Rp 2 biliun  awal tahun ini, Suryono mengatakan, waktunya belum dipastikan. ”Waktunya belum dipastikan, yang jelas ibarat ibu hamil, sudah bukaan kesekian, bayinya sebentar lagi lahir,” ujarnya.
Uang ’Ghaib’
Sosok Dimas Kanjeng masih menyisakan misteri bagi sebagian orang. “Bagi kami, Dimas Kanjeng itu waliyullah (wali Allah, Red.) yang memiliki karomah (keutamaan, Red.),” ujar Sekretaris Yayasan, Suryono.
Sisi lain di berbagai kesempatan, Dimas Kanjeng sendiri mengaku, bukan siapa-siapa. “Saya bukan kiai, paranormal, hingga tabib seperti anggapan orang. Saya orang biasa, nama saya jangan dikultuskan, nanti bisa syirik kepada Allah,” ujarnya.
Kepada orang yang menanyakan pekerjaannya, Dimas Kanjeng mengaku, sehari-hari bekerja sebagai petani. Tetapi pengakuan itu menimbulkan tanda tanya, soalnya warga sekitar tidak pernah melihat Dimas Kanjeng turun ke sawah atau kebun.
Apalagi dikaitkan dengan santunan (zakat, sedekah) sekitar Rp 1 miliar yang ditebar Dimas Kanjeng untuk ribuan fakir miskin setiap tahun. “Kalau zakatnya saja Rp 1 miliar, berarti kekayaan Dimas Kanjeng puluhan miliar,” ujar seorang warga Desa Wangkal.
Dimas Kanjeng pun sempat mengaku, dirinya pengusaha yang memiliki banyak usaha. “Orang mengira saya tidak bekerja, padahal saya punya tambang batubara di luar Jawa, supermarket dan showroom mobil di Jember, hingga jual-beli berlian. Saya tidak sombong lho, penghasilan saya ratusan juta setiap bulannya,” ujarnya.
Tidak urung pengakuan Dimas Kanjeng sebagai pengusaha besar itu mengundang petugas pajak datang ke padepokannya. Petugas pajak itu bermaksud mendata pajak penghasilan (PPh) Dimas Kanjeng.
Dimas Kanjeng pun kelabakan. ”Pengakuan Dimas Kanjeng sebagai pengusaha batubara dan lain-lain itu hanya kamuflase soalnya sering ditanya publik, juga wartawan terkait kekayaan Dimas Kanjeng. Akhirnya asal jawab saja, sebagai pengusaha batubara dan lain-lain,” ujar Suryono.
Kepada petugas pajak dijelaskan, kekayaan Dimas Kanjeng berasal dari sumber ghaib. ”Lha kalau uang didatangkan dari sumber ghaib kan tidak bisa dikenai pajak penghasilan?” ujarnya.
Bahkan dalam berbagai kesempatan, Dimas Kanjeng pun mempertontonkan kemampuannya mendatangkan jutaan rupiah uang tunai. Di hadapan sejumlah wartawan dan tamunya, Dimas Kanjeng duduk di kursi di ruang tamunya.
Pria itu kemudian meminta seorang santriya menyemprotkan minyak wangi ke sekujur tubuhnya. ”Tolong diperiksa dulu di kursi dan baju (baju ghamis, Red.) saya. Tidak ada apa-apa kan?” ujar Dimas Kanjeng.
Ia kemudian merentangkan kedua tanganya ke belakang punggungnya sembari menghela napas panjang. Mulutnya tampak komat-kamit, seperti berdoa.
Secara tiba-tiba dari kedua tangannya terlihat berlembar-lembar uang tunai Rp 100.000-an. Ia terus ”memproses” (mendatangkan) uang, dan dalam hitungan menit sudah terkumpul Rp 34 juta. ”Ini uang asli, kalau sampai satu lembar saja ada yang palsu, laporkan saya ke polisi,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, di depan jajaran muspika Kecamatan Gading termasuk Kapolsek Gading (saat itu), AKP Sunartopo, Dimas Kanjeng memamerkan empat peti kayu berukuran masing-masing panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi 1 meter. Keempat peti kayu itu penuh dengan lembaran uang Rp 100.000-an.
”Uangnya asli, kalau palsu ya jelas kami tangkap,” ujar Kapolsek Gading, AKP Sunartopo saat itu. Namun Kapolsek tidak ingin mengusut asal-usul uang sebanyak itu karena menurutnya, termasuk menyangkut privacy seseorang.
”Bahkan beberapa hari lalu, Dimas Kanjeng ’memroses’ uang di hadapan petinggi Polda Jatim, di Mapolda. Dari tangan Dimas Kanjeng mengeluarkan uang tunai Rp 30 juta. Petinggi Polda pun geleng-geleng kepala,” ujar Suryono.
Tidak hanya ”memmroses” uang, Dimas Kanjeng juga sesekali mendatangkan batu permata, akik, hingga arloji merek terkenal. Berbeda dengan uang yang memang asli, sejumlah penerima benda-benda perhiasan itu meragukan keasliannya.
Ketika hal itu ditanyakan, Dimas Kanjeng mengatakan, permata itu belum saatnya dijual. ”Bersabar, tunggu waktunya untuk bisa dijual,” ujarnya. isa(bersambung)

http://www.surabayapost.co.id